Teknologi Riau – Secara fisiologis, pada otak wanita ada semacam jembatan neuron antara lobus kanan dan kiri otak besar, sedangkan pada pria tidak ada. Kedua lobus otak kita ditakdirkan untuk memikirkan hal dengan cara berbeda; pria secara logika (maskulin) dan wanita secara estetika (feminin). Sesuatu yang penting untuk mencoba memahami cara kerja pikiran pria dan wanita.
Memahami Perbedaan Pikiran Pria dan Wanita
Wanita akan cenderung selalu menghubungkan satu hal dengan hal yang lainnya, sementara pria tidak. Itulah mengapa wanita acap kali disebut “AHLI SEJARAH’ Karna wanita kerap kali mengungkit sesuatu yang sudah lama sekali terjadi yang bahkan mungkin pria tidak ingat. Sebelum bayi lahir ke dunia, otak bayi pria dibombardir dengan hormon testoteron (pria punya 20x lipat lebih banyak hormon testoteron daripada wanita), sedangkan bayi wanita menerima hormon wanita dengan jumlah lebih banyak. Hormon serotonin pada otak pria pun tidak sebanyak pada otak wanita. Serotonin bersifat menenangkan orang, sedangkan kaum pria kemungkinan akan berkelakuan meledak-ledak dan spontan.
Otak Pria
Begitu juga dengan hormon oksitosin. Oksitosin memicu insting “tend-and-befriend” (respons terhadap tekanan yang memiliki kecenderungan melindungi keturunannya dan mencari kelompok sosial tertentu untuk mempertahankan diri bersama-sama), dan insting “fight-or-flight” (respon spontan terhadap tekanan, yang di dalamnya aliran hormon adrenalin terhambat dalam darah sehingga menimbulkan reaksi fisik seperti berkelahi atau sebaliknya, melarikan diri).Semakin tinggi tingkat oksitosin dalam tubuh, semakin berkurang keagresifan seseorang. Selanjutnya, orang dengan tingkat oksitosin lebih tinggi cenderung berempati lebih cepat dan langsung. Wanita lebih mungkin memiliki ikatan relasi yang baik dan empati yang terhubung dengan pusat otak verbal, yang biasanya memunculkan pertanyaan, “how’s you feel?” atau “are you okay?”
Antara bulan ketiga dan bulan keenam kehidupan bayi dalam kandungan, hormon mulai membentuk otak kecil, yang akan memengaruhi cara individu itu berinteraksi dengan dunia. Hormon-hormon inilah yang nantinya membedakan fungsi otak pria; maskulin, sedangkan otak wanita; feminin. Otak pria diibaratkan seperti ruangan arsip besar dengan kotak-kotak yang tersusun rapi dan diberi label. Ada kotak mobil. Ada kotak rumah. Ada kotak tabungan. Ada kotak sepakbola. Ada kotak pekerjaan. Semua hal ada kotaknya. Jika pria sedang main game, yang akan dilakukan otak mereka adalah membuka kotak game, sibuk dengan isinya, tanpa harus menyentuh kotak lainnya. Pria tidak bisa dan tidak suka jika harus membuka lebih dari satu kotak pada saat bersamaan. Kalau dipaksa, kotak-kotak pria nantinya akan berantakan, dan mereka malas untuk merapihkannya kembali. Jika sudah berantakan, pria akan jadi lemot (diajak ngomong apa aja ora masuk) karena mereka jadi sulit untuk menemukan kotak yang mereka inginkan nantinya.
Uniknya, ada satu kotak yang istimewa di kepala semua pria. Kenapa istimewa? Karena, TIDAK ADA ISINYA. Namanya Nothing Box / Kotak Kosong. Tempat pelarian kalo lagi ruwet. Nothing box ini kotak favorit kaum pria. Kotak inilah yang menyebabkan pria bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk tidak melakukan apa-apa tetapi ajaibnya mereka tetap hidup, bahkan cenderung menikmatinya. Yang tak jarang membuat kaum wanita kesal. Contohnya kayak ngerokok sambil ngopi doang. Mancing, tapi nggak dapet ikan. Main game, udah tamat tapi diulang lagi. Tidur ayam, leyeh-leyeh sampai seharian atau apapun bentuk kegiatan sia-sia lainnya. Maka dari itu otak pria memang membutuhkan waktu istirahat lebih banyak daripada otak wanita. Dan di ‘nothing box’ inilah otak mereka beristirahat.
Otak Wanita
Berbeda dengan otak wanita. Otak wanita seperti sebuah ruangan server, dengan kabel warna warni yang saling bergumul kusut tak karuan. Bukannya nggak bisa rapi ya, tapi memang begitulah adanya. Kabel-kabel ini adalah jaringan yang luar biasa berantakan tetapi bekerja dengan cepat dan hampir semuanya aktif dalam waktu yang bersamaan menghasilkan kerlap kerlip rumit yang cantik dari kejauhan. Ada kabel anak, kabel investasi, kabel tagihan listrik, kabel tetangga, kabel liburan, kabel cucian, kabel baju, kabel dapur, kabel drama korea, kabel resep masakan, dan masih banyak kabel lainnya. Bahkan ada kabel-kabel yang lebih kecil lagi; misal kabel sepatu/baju lucu yang lagi diskon, kabel halaman 12 dari novel yang dibaca, atau kabel postingan lambe turah. Dan, begitulah kabel-kabel itu bekerja; saling berhubungan satu sama lain. Ribet dan ruwet. Seringkali wanita berpikir pacar/suaminya kurang peka terhadap luka hatinya ketimbang ibunya/teman-teman perempuannya karna tidak paham kalau cara kerja otak pria tidak sama dengan cara kerja otak wanita. Pria tidak pernah menghubungkan kasih sayangnya dengan pertanyaan verbal.
Kenapa pria seringkali membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat berelasi akrab dengan mertua/ mungkin dengan anak kandungnya sendiri? Sebab otak pria kurang memiliki zat kimia tertentu yang membawa “ikatan relasi yang kuat”. Bukan berarti pria tidak bisa memiliki ikatan relasi yang kuat. Kemungkinan pria juga bisa memiliki itu, tetapi dibutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai titik tersebut. Hal ini nyata terjadi dan tidak hanya pada PACAR/SUAMI kamu saja, tetapi kaum pria pada umumnya. Berhati-hatilah supaya kamu tidak mencari kesalahan atau membenci pasanganmu karna pola pikirnya sebagai seorang pria. Kebanyakan dari kita mempelajari tentang hubungan kita dengan lawan jenis berdasarkan intuisi; kemaskulinan dan kefemininan otak kita tidak dapat diubah sebagaimana yang diharapkan oleh banyak orang. Kalau kamu ingin memotivasi pria dan berkomunikasi dengannya tanpa adanya gesekan ataupun pertengkaran, berhentilah mengharapkan ia bertindak atau berpikir seperti seorang wanita. Karna sampai kapanpun, pria tidak mungkin melakukan itu. Jangan berharap cara berkomunikasi yang biasa kamu pakai dengan sesama wanita akan berhasil jika digunakan untuk berkomunikasi dengan seorang pria. Jika kamu tetap melakukannya, maka sesungguhnya kamu bersikap tidak adil. Dan kamu sudah pasti akan kecewa dan tidak bahagia.
Sebagian besar masalah dalam pernikahan timbul bukan karna masalah diantara dua individu, melainkan diantara dua gender. Itulah sebabnya perceraian dan pernikahan kembali sesungguhnya tidak memecahkan masalah. Jika seorang pria dan wanita bercerai, dan kemudian menikah lagi, selama masing-masing dari mereka tidak menerima realita ini, ketegangan akan terus terjadi. Siapapun pasangannya. Biasanya pernikahan kedua terlihat lebih berhasil daripada pernikahan pertama. Hal ini karna salah satu atau kedua partner ini pada akhirnya “PAHAM” dan menerima bahwa mereka harus menghadapi pasangannya dengan cara berpikir pasangannya itu. Tetapi sesungguhnya, bukankah lebih sehat bagi semua pihak (dan jauh lebih hemat tentunya) untuk memahami pelajaran ini ketika menjalani pernikahan pertama?. Jadi sampai disini, sangat penting untuk bisa memahami pikiran pria dan wanita. Lanjut baca >> Pemrosesan Data Emosi Pada Pria